KAJIAN DAN PEMETAAN PERIODE ULANG CURAH HUJAN MAKSIMUM DI PULAU LOMBOK
Keywords:
Periode Ulang, Pulau Lombok, Curah Hujan MaksimumAbstract
Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia dan umumnya disebabkan oleh curah hujan dengan intensitas tinggi. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2020 yang dikeluarkan oleh BNPB, wilayah Pulau Lombok yang didalamnya terdapat 5 (lima) Kota/Kabupaten memiliki nilai indeks risiko bencana dengan kategori sedang hingga tinggi. Periode ulang merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melihat rata-rata waktu kembalinya suatu kejadian dengan nilai yang sama atau lebih tinggi salah satunya bencana banjir yang disebabkan curah hujan maksimum. Kajian ini menggunakan data observasi curah hujan harian maksimum tahunan dari 15 pos hujan yang tersebar di Pulau Lombok. Periode ulang yang digunakan dalam kajian ini untuk melihat potensi kejadian curah hujan maksimum harian tahunan yang terjadi pada 5 (lima) periode ulang yaitu 10, 20, 30, 40, dan 50 tahunan. Hasil dari periode ulang dengan pemetaan dan analisis curah hujan maksimum tahunan didapatkan bahwa nilai curah hujan maksimum pada periode ulang hingga 50 tahunan berkisar antara 50 mm/hari hingga lebih dari 250 mm/hari. Wilayah yang memiliki potensi curah hujan maksimum tertinggi pada periode hingga 50 tahunan adalah Kabupaten Lombok Tengah sebesar 287,9 mm/hari, sedangkan curah hujan maksimum terendah adalah Kabupaten Lombok Barat sebesar 51,5 mm/hari.
References
Hidayah. A. Q ,dkk. (2019). Identifikasi Karakteristik Awan Penyebab Hujan Lebat Pada Musim Kemarau dan Musim Hujan di Jambi. Prosiding Seminar Nasional Geotik, 186.
Aprian. Farida, dkk. (2014). Analisis Curah Hujan Sebagai Upaya Meminimalisasi Dampak Kekeringan Di Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2014. Khazanah Vol 6 No 2, 14.
Yulius. Elma. (2014). Analisis Curah Hujan Dalam Membuat Kurva Intensity Duration Frequency (IDF) Pada DAS Bekasi. Jurnal BENTANG Vol 2 No 1, 1.
BNPB Telah Selesaikan Verifikasi Data Bencana Indonesia 2020 (2021). (https://www.bnpb.go.id/berita/bnpb-telah-selesaikan-verifikasi-data-bencana-indonesia-2020), diakses 06 Oktober 2021.
Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI). (2021). (https://dibi.bnpb.go.id/), diakses 11 Oktober 2021.
BNPB. (2012). Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat. Jakarta. BNPB.
Marchiavelly.C.I.M, dkk. (2012). Pemetaan Risiko Bencana Daerah Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Globe Vol 14 No 2, 188.
BNPB. (2020). Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2020. Jakarta. BNPB.
BMKG. (2021). Buletin Iklim Provinsi Nusa Tenggara Barat Edisi Juni 2021. NTB. Stasiun Klimatologi Lombok Barat.
Rahrdjo. N.P. (2014). 7 Penyebab Banjir Di Wilayah Perkotaan Yang Padat Penduduknya. JAI Vol 7 No 2, 206-210.
Tahmid. M, dkk. (2020). Pemetaan Karakteristik Periode Ulang Curah Hujan Maksimum Di Kota Manado. Megasains Vol 11 No 2, 14.
Urias. Q.H, et.al. (2007). Determination of the Relationship Between Precipitation and Return Periods to Assess Flood Risk in the City of Juarez, Mexico. Conference Proceedings Sounthern Illinois University Carbondale OpenSIUC, 1.
Sanderson. Michael. (2010). Change in the Frequency of Extreme Rainfall Events for Selected Towns and Cities. Met Office.
Basuki, dkk. (2009). Analisis Periode Ulang Hujan Maksimum Dengan Berbagai Metode. Jurnal Agromet, 77.
Haan, C. T., Carey, D. I., & Grunewald, C. (1977). Water conservation via a variable pricing mechanism. In Effects of Urbanization and Industrialization on the Hydrological Regime and on Water Quality. Proceedings of the Amsterdam Symposium October 1977. IAHS-AISH Publication (No. 123).
Soehardi, F., & Dinata, M. (2018). Recent analysis of maximum rain period. International Journal of Engineering & Technology, 7(2.3), 63-67.