ANALISIS KEKERINGAN STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) AKIBAT PENGARUH DARI ENSO DAN IOD DI WILAYAH UTARA BANTEN

Abstract

Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari dan merupakan salah satu gejala variabilitas iklim yang perlu dipahami. Wilayah Utara Banten termasuk wilayah yang telah mengalami beberapa kali dampak kekeringan sehingga perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kekeringan. Salah satu metode untuk analisis kekeringan adalah Standardized Precipitation Index (SPI). Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan periode 30 tahun yaitu tahun 1991-2020 yang diambil dari 27 pos hujan di wilayah Utara Provinsi Banten yaitu wilayah Serang dan Tangerang. Perhitungan indeks SPI menghasilkan indeks kekeringan terparah dengan level ”Sangat Kering” sebesar -3.9 untuk periode defisit 1 bulanan pada November 2005 di pos Hujan UPTD Balaraja. Nilai indeks kekeringan defisit 3 bulanan terparah terjadi pada Oktober-Desember 1997 di wilayah Mancak dan Cinangka dengan indeks kekeringan sebesar -3.9. Sedangkan nilai indeks kekeringan defisit 6 bulanan terparah terjadi pada Januari-Juni 2003 di wilayah Taktakan (Pos Hujan Stasiun Maritim Serang) dengan indeks kekeringan sebesar -4.1. Berdasarkan indeks ENSO dan IOD tahun 1991-2020, pada tahun 1997 terjadi fenomena El Nino kuat (indeks ONI >+2) dan IOD (>+1) yang berdampak kekeringan ekstrim di wilayah Utara Banten. Tahun 2003 dan 2005 terjadi kekeringan ekstrim di beberapa wilayah Utara Banten, namun kondisi ENSO dan IOD, pada tahun 2003 dalam kondisi netral sedangkan pada tahun 2005 terjadi La Nina lemah. Sehingga kekeringan yang terjadi pada tahun 2003 dan 2005 bukan diakibatkan oleh faktor global (ENSO dan IOD).