LABILITAS ATMOSFER TERKAIT KEJADIAN HUJAN ES ( STUDI KASUS HUJAN ES DI SINDANG DATARAN BENGKULU TANGGAL 25 JUNI 2021)

Authors

  • Dodi Ardiansyah BMKG

Keywords:

Cuaca Ekstrim, Hujan Es, Radiosonde, Satelit Himawari-8, CCDS, Radar Cuaca

Abstract

Hujan es merupakan fenomena cuaca ekstrim yang jarang terjadi di daerah Indonesia dikarenakan lapisan beku (freezing level) yang relatif lebih tinggi dari negara lainnya. Umumnya kejadian ini terjadi ketika suatu wilayah sedang mengalami musim peralihan. Cuaca yang sangat panas dengan penguapan yang tinggi dapat saja memicu terjadinya pembentukan hujan es. Namun perubahan dari unsur cuaca lainnya juga dapat juga menjadi penyebab seperti tekanan udara, kelembaban, labilitas udara. Pada tanggal 25 Juni 2021 sekitar pukul 13.10 WIB terjadi hujan es di Desa IV Suku Menanti Kecamatan Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi labilitas atmosfer saat kejadian hujan es menggunakan data Angin Gradien, Sinoptik, dan Radiosonde untuk melihat kondisi umum labilitas udara di Propinsi Bengkulu dimana kondisi udara saat kejadian dalam keadaan tidak stabil. Analisa Citra Satelit Himawari-8 digunakan dengan melihat suhu puncak awan yang menunjukkan adanya awan konvektif Cumulonimbus dengan nilai suhu puncaknya -56.70C. Metode analisa lainnya dilakukan dengan menggunakan data Reanalisis-Copernicus Climate Data Store (CCDS) berupa parameter Vortisitas, Divergensi dan Kelembaban Udara. Berdasarkan analisa yang dilakukan didapatkan nilai vortisitas negatif pada lapisan 950 mb yang berarti adanya sirkulasi konsentrasi massa udara bagian bawah. Divergensi pada lapisan 850 mb menunjukkan nilai negatif sementara pada lapisan 500 mb divergensi menunjukkan nilai positif, hal ini mengidentifikasikan adanya konvergensi massa udara bagian bawah dan udara terberai di lapisan atasnya. Kelembaban udara berada pada rentang 87-92% yang ideal untuk pembentukan awan konvektif. Identifikasi menggunakan data Radar Cuaca dilakukan dengan melihat pola reflectivity dan pola radial velocity. Berdasarkan pengamatan radar cuaca doppler, konveksi saat kejadian hujan es pada pukul 06.10 UTC mempunyai nilai reflektivitas hingga 60 dBZ. Identifikasi data radar sangat baik digunakan untuk melihat pola reflektivitas saat kejadian hujan es agar dapat memberikan informasi peringatan dini.

References

Timothy Raupach, Olivia Martius, John Allen, Michael Kunz (2021). The Effects of Climate Change on Hailstorm. Article in Nature Reviews Earth & Environment 2. 213-216.

Mimin Karmini (2000). Hujan Es (HAIL) di Jakarta, 20 APRIL 2000. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca 1, Hal 27-32.

Schumann T.E.W (1983). The theory of hailstone formation. Quarterly Journal of the Royal Meteorological Society. Vol. 64, page 3-21[3] Urip Haryoko (2009). Laporan Kejadian Angin Kencang di Wilayah DKI Jakarta Tanggal 22 April 2009. Tangerang : BMKG 2009.

Ludlam, F. H (1958). The hail problem, Nubila Vol. 1, page 12-99.

Heymsfield . hail growth mechanism in a colorado storm : Part II : Hail Formation Processes, Journal of Atmospheric Science vol. 37, page 1779 – 1807.

Evan A. Kalina et. al (2016). Colorado plowable hailstorms: Synoptic weather, radar, and lightning characteristics, Weather and Forecasting, Vol. 37, Page 663-693.

Louis J. Battan.(1974). Doppler Radar Observations of a Hailstorm. Journal of applied meteorology and cllimatology. Vol 34, page 98-108.

Spiros G. Geotis (1962). Some Radar Measurements of Hailstorms. Journal of applied meteorology and cllimatology. Vol 2, page 270-275.

Abdullah Ali (2015). Identifikasi Kejadian Hujan Es Menggunakan radar Cuaca Doppler (Studi Kasus hujan Es Jakarta 22 Aprl 2014 dan Denspasar 16 Desember 2010). Prosiding Seminar Nasional Sains Atmosfer (SNSA).

Elisa M. Murillo and Cameron R. Homeyer (2019). Severe Hail Fall and Hailstorm Detection Using Remote Sensing Observations. Journal of applied meteorology and cllimatology. Vol 58, page 947-970.

Jaka Anugrah Ivanda Paski, Donaldi S Permana, Alpon Sepriando (2017). Analisis Dinamika Atmosfer Kejadian Hujan Es Memanfaatkan Citra Radar dan Satelit Himawari-8 (Studi Kasus: Tanggal 3 Mei 2017 di Kota Bandung). Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4. Hal 371.

Climate Copernicus (https://climate.copernicus.eu/climate-data-store), di akses 16 Nopember 2021.

Lucia Hermida, Jose L Sanchez, L. Lopez, Claude Berthet (2013). Climatic Trends in Hail Precipitation in France: Spatial, Altitudinal, and Temporal Variability. The Scientific World Journal 2013.

Akihiro Schimizu (2019). Practical Training on The Utilization of Himawari-8 Imagery using. Meteorological Satellite Center / Japan Meteorological Agency.

Meted (2011). Radar Signature for Severe Convective Weather. United States: COMET.

Tri Handoko Seto (2000). Jurnal sains dan Teknologi modifikasi Cuaca. Vol 1, No. 1.

Z. Sokol, Jan Szturc, Johanna Orellana-Alvear, Jana Popova (2021). The role of weather radar in rainfall estimation and itsapplication in meteorological and hydrological modelling. Remote Sensing MDPI. Page 351.

Matan Karklinsky dan Efrat Morin, (2006). Spatial characteristics of radar-derived convective rain cells over southern Israel. Meteorologische Zeitschrift, Vol. 15, No. 5, 513-520.

Laurent Feral, Henri Sauvageot and Serge Soula (2003). Hail Detection Using S- and C-Band Radar Reflectivity Difference. Journal of atmospheric and oceanic technology. Vol. 20, pages 233-248.

Downloads

Published

2022-03-01

How to Cite

Ardiansyah, D. (2022). LABILITAS ATMOSFER TERKAIT KEJADIAN HUJAN ES ( STUDI KASUS HUJAN ES DI SINDANG DATARAN BENGKULU TANGGAL 25 JUNI 2021). Buletin Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika, 2(2), 34–48. Retrieved from https://balai2bmkg.id/index.php/buletin_mkg/article/view/16